Hatta: Bangsa yang Maju Adalah yang Rasional
Pasuruan - Organisasi Persatuan Islam (Persis) sejak dilahirkan telah mendorong transformasi besar atas pola pikir bangsa dan warga negara Indonesia agar semakin mendekati manusia yang rasional. Tanda manusia yang rasional itu antara lain mengedepankan argumentasi dalam setiap perdebatan hingga ditemukan solusi dari setiap permasalahan bangsa. Berpikir rasional itu penting bagi Indonesia yang tengah menuju bangsa yang maju.
"Tidak hanya dakwah yang digunakan untuk mengajak umat agar hidup kafah (lengkap dan sempurna dalam seluruh dimensi kehidupan) sebagai muslim. Akan tetapi, dibutuhkan juga budaya kritis, dialogis, dan diskusi. Selin itu juga perlu mengedepan nilai-nilai pluralisme dan nasionalis. Ini bagian tidak terpisahkan dari konsep kebangsaan, ke-Indonesiaan, keilmuan dan ketakwaan," tutur Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa saat menghadiri Mukernas II Pimpinan Pusat Persatuan (PP) Persis di Persantren Persis Putri, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Minggu (9/10/2011).
Menurut Hatta, musyawarah nasional Persis menjadi strategis dalam mencari format baru transformasi bangsa. Format yang dibutuhkan adalah yang mempertimbangkan Indonesia kekinian, yakni perspektif kebangsaan di arena global.
Untuk itu, perlu dirumuskan lagi peran Islam dalam mengisi kemerdekaan, yakni membawa bangsa ini menjadi mandiri, peran umat dalam pendidikan, pemberdayaan masyarakat, terutama perekonomian syariah. Bangsa ini harus melakukan transformasi besar menghadapi perubahan zaman.
"Transformasi senantiasa dibutuhkan, karena kita hidup dalam peradaban baru yang dihasilkan dari sebuah kebebasan berpikir umat manusia dan akselerasi ilmu pengetahuan dan teknologi," ujar Hatta. Peradaban ini telah semakin maju karena diakselerasi oleh inovasi, yang kemudian menjadi globalisasi berkat kecepatan teknologi informasi dan komunikasi.
"Kuncinya adalah bagimana kita bicara dalam ranah global. Prinsip ekonomi, keadilan, kejujuran, keterbukaan. Kita harus memiliki format," ungkap Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Menurutnya, Islam dan ke-Indonesiaan harus hadir dalam tatanan perekonomian global dengan mengedepankan prinsip keadilan. Fair bukan sekadar adil. Fair hanyalah bagian kecil dari keadilan. "Di saat krisis melanda dunia, negara-negara mulai mempertanyakan prinsip minimnya keadilan dalam tatanan ekonomi global," jelas Hatta.
Meski umat Islam Indonesia sepakat dengan prinsip dasar ekonomi yang bebas, keadilan harus dihadirkan.
Manakala keadilan tidak dihadirkan, maka akan menimbulkan kerusakan.
Globalisasi harus direspon dengan menempatkan rambu-rambu. Islam tidak melarang orang menjadi konglomerat yang sangat kaya. Karena Islam menghargai kepemilikan. Namun perlu diingat, dalam prinsip Islam, ada hak-hak orang lain di dalam harta si kaya yang harus didistribusikan. Zakat dan sistem ekonomi syariah menjadi ideologi yang dibutuhkan dalam distribusi ini.
Islam hanya meminta harta itu diputar, hak-hak orang lain dihormati, diredistribusikan. "Dengan demikian prinsip keadilan akan menimbulkan keseimbangan dalam ekonomi. Jurang pemisah si kaya dan si miskin tidak lagi jauh menganga. Keserakahan dapat dikendalikan, kesejahteraan bersama dikedepankan," jelas Hatta.
Ket.
Warna Merah : Kalimat Argumentasi
Warna Biru : Kalimat Pendapat
Warna HIjau : Kalimat Penalaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar